.quickedit{ display:none; }

"Non Active"

 

Friday, October 28, 2011

“Sambutan Divisi Kajian Sosial Politik” (Edisi Sumpah Pemuda 28 Oktober 2011)

0 comments
“Muda” dan “Tua” menjadi sebuah dikotomi yang menempati ruang dinamis dalam multi aspek kehidupan. Di Indonesia, pada masa genting dan urgent menuju detik-detik proklamasi kemerdekaan ada pertentangan prinsipil antara “muda” dan “tua”. Muda dengan semangatnya yang membara memilih kata “segera” untuk proklamasi kemerdekaan, dan tua enggan meninggalkan pertimbangan-pertimbangan akalnya yang terkesan lamban.
            Pada detik-detik akhir rezim yang diwarnai gerakan reformasi maupun revolusi tidak pernah lepas dari peran-peran kaum muda sebagai “otak” dan eksekutornya. Ironisnya ketika “muda” berubah menjadi “tua”, masa ini tampaknya menjadi proses metamorfosa yang santer mengikis idealisme maupun ideifikasi yang diusungnya. Apakah memang “tua” berkorelasi dengan amnesia, hingga apa yang menjadi ide dan gagasan ideal masa lalunya seakan sirnah tanpa sisa?
            Dewasa ini, dalam tema-tema pemimpin, dikotomi “tua” dan “muda” menjadi indah kembali untuk digagaskan dan dijadikan perbincangan yang menarik. Kaum muda sempat digadang-gadang sebagai alternatif bagi sebuah aksi penyelamatan negeri yang dirasa telah menemui “masa jenuh” dan nyaris tergelincir pada jurang kebobrokan.
            “Muda” dianggap kreatif, sigap, dan peka terhadap perubahan. Dan masa ini bukan lagi masanya para tua yang dipadankan dengan kelambanan, konservatif, dan senang dengan status quo. Lantas benarkah kaum muda lebih baik daripada mereka para tua? Nampaknya bila berbicara kaum muda dan kaum tua tidak terbatas pada persoalan lamban dan sigap atau kreatif dan konservatif. Akan ada banyak ruang dialektis yang mungkin akan panjang jalan perdebatannya. Tetapi ketika amanah itu disematkan bagi kaum muda, fokus pertanyaannya adalah seberapa besarkah peran dan tanggung jawab yang bisa ditorehkan? Benarkah kaum muda seindah yang mereka pikirkan?
            Bila bisa berasumsi, kaum muda merupakan “imagologi peradaban”. Adab negeri ini akan digantungkan pada pemuda. Apakah negeri ini tinggal kenagan dan dongeng ataukah menjadi negara adi daya itu semua masih menjadi bayang-bayang. Semua itu tidak lagi bergantung pada siapa melainkan bagaimana kaum muda berlakon di bumi yang kerap diidentikkan dengan panggung sandiwara ini.
            Di hari peringatan sumpah pemuda kita akan diingatkan pada sebuah momen besar persatuan yang diusung oleh kaum muda. Mari persiapkan diri dan menempatkan diri. Ambil bagianmu, apakah menjadi seorang pemikir, pengajar, pejuang, pemimpin, dan multidimensi peran positif. Jumlah pemuda di Indonesia yang 30,36% dari jumlah penduduk Indonesia harus kita jadikan sebagai kekuatan yang akan membawa pada progresifitas dari perjuangan-perjuangan yang menjanjikan sebuah peradaban yang besar. (JFS)
            Selamat Hari Sumpah Pemuda!!! Selamat membaca tulisan para pemuda PMK Fisip!  

0 comments:

Post a Comment