Aku dan Indonesia Ku Merdeka
Oleh : Junius Fernando S Saragih
Hidupku tidaklah nyaman dan aman serta mapan hingga punya waktu untuk berbicara tentang negaraku, untuk ikut mengumbar nasionalisme bahkan menyebarkannya bagi teman sedarah, darah Indonesia. Tak punya waktu bukan karena aku seorang public figure, seorang pejabat, atau seorang penguasa yang sibuk dengan diri sendiri. Tapi, aku tak bisa meninggalkan tempat ini yang telah lama aku tinggali hanya demi ingin mempertahankan keberadaan tempat ini sebagai wilayah negara ku Indonesia. Aku tidak cukup makan untuk itu, aku tidak mengenakan pakaian layak yang bisa banyak orang gunakan. Tidak juga aku bisa nikmati transportasi umum apalagi kendaraan mewah yang sering mereka pamerkan dan ganti dengan mudah ketika ada jenis baru yang muncul. Meskipun hanya umbi-umbian yang bisa aku nikmati dengan memanfaatkan tanah ini, aku tetap masih bisa hidup, aku tidak mengeluh untuk itu. Aku sadar bahwa tanah ini, tanah Indonesia telah menghasilkan tanaman yang bisa selamatkan nyawa dan keberadaanku di negri tercinta ini. Aku sangat hormat dengan tanah dan negeri ini.
Sesekali aku berusaha datang ke kampung sebelah yang dari segala sisi lebih baik dari daerah tinggalku, ya sambil menjual hasil taniku. Satu lagi yang bisa kulakukan di kampung itu adalah menonton televisi sejenak, melihat apa yang terjadi saat ini di negara ini. Hal ini dapat memuaskan dahaga keingintahuanku akan apa yang sedang teman-teman sedarahku lakukan diseberang sana, aman tentramkah mereka. Walau jauh aku selalu penasaran untuk mengintip apa yang telah dilakukan pemimpinku. Semakin sering aku memandangi televisi, semakin aku menangis, dengan sendirinya air di mataku menetes ketika masih melihat mereka yang tidak bisa makan di negara yang seluas ini. Hati ini terasa sakit dan diiris, lebih sakit dibanding kakiku yang pernah terpacul oleh tanganku sendiri. Di negeri yang punya pulau-pulau terabaikan, hingga tak sedikit yang diambil negeri-negeri jiran untuk dimanfaatkan dan bahkan dijadikan kawasan negaranya ini, masih saja ada yang tak bisa mengisi perutnya yang hanya sejengkal itu. Kenapa mereka tidak sadar akan potensi negara ini, yang tanahnya hasilkan makanan hanya dengan ditaburi biji tanaman, tanyaku dalam benak ini. Kenapa masih ada yang sulit makan di tanah subur dan kolam ikan seperti ini. Kenapa masih senang berada di atas lantai dan dinding besi serta batu yang tak bisa buat perutnya tak menyanyikan irama sumbang yang tak nyaman untuk didengar. Aku ingin mengajak mereka tinggal di tanah ku yang masih kawasan negeri Indonesia, tapi apa daya aku hanya bisa menatap mereka di layar yang hanya bisa ku lihat setelah berjalan ratusan kilo.
Terkadang hatiku tersentak mendengar dan menatap pada layar gambaran negeri ku yang masih saja ada konflik fisik yang tak sedikit korban jiwa yang ditimbulkannya. Mereka mencucurkan darah yang dasarnya adalah sama, darah Indonesia. Sampai kapan darah-darah itu akan berhenti bercucuran untuk sebuah kepentingan pribadi atau golongan. Kenapa tak kau gunakan tenagamu untuk bangun negeri ini jadi lebih baik, kenapa tidak untuk menjaga martabat dan kedaulatan negeri kita yang hampir saja tenggelam. Aku ingin kesana, ingatkan persatuan kita yang mungkin mulai terlupakan. Aku ingin kita bisa satukan hati hanya untuk negeri ini, Indonesia.
Kini aku hanya ingin bilang kembalilah bangsaku yang tak mau hidup nyaman dengan limpahan harta ketika masih ada teman sedarahmu yang tak bisa makan sebiji nasi. Kembalilah jadi negara yang satu, yang tak takut cucurkan darah untuk itu, mari bangkit.
Tindakan satu orang akan mengubah satu titik kekacauan negeri ini. Bahu membahu, jadikan negeri ini tak terpatahkan keberadaanya, kedaulatannya. Torehkan darah kita di batu, tanah, air negeri ini sebagai janji semangat kebangsaan demi terciptanya Negara Indonesia yang benar-benar merdeka, sejahtera, adil, dan makmur.
Katakan ini dengan naluri kebangsaan dan semangat yang tak terpatahkan, "INDONESIA MERDEKA"
Salam,
Penulis adalah mahasiswa Ilmu Pemerintahan Fisip Unpad 09
nice =) be a great indonesian .
ReplyDeletenice....
ReplyDelete