“Beri aku seribu orang tua, maka akan kugoncang Semeru. Beri aku satu orang muda, maka akan kugoncang dunia.” Sebuah kalimat (yang isinya kurang lebih seperti itu) favorit saya yang dikeluarkan oleh founding father negeri ini, Alm. Ir. Soekarno. Sebegitu hebatkah dampak dari seorang muda dibanding dengan seribu orang tua yang tentu katanya lebih berpengalaman dan bijak?
Mari kita tengok sebentar sejarah perjuangan kemerdekaan bangsa ini. Ketika Jepang menyerah pada Sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945, Sutan Sjahrir, Chaerul Saleh, dan kawan-kawan yang mendengar kabar tersebut melalui siaran radio BBC lalu mendesak golongan tua untuk memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Usul tersebut ditentang golongan tua yang tidak ingin adanya pertumpahan darah dan menunggu hasil rapat dengan PPKI (hasil bentukan Jepang). Golongan muda yang tidak setuju dengan golongan tua akhirnya menculik Soekarno dan Mohammad Hatta ke Rengasdengklok pada 16 Agustus 1945. Singkat cerita, para pemuda mendesak kedua founding fathers negeri ini untuk segera memproklamirkan kemerdekaan sebelum momentum menyerahnya Jepang lewat. Kita tentu tahu hasil akhirnya seperti apa.
Dari sepenggal kisah tersebut bisa kita petik pelajaran bahwa pemuda bisa menjadi pengubah sejarah dan bahkan penentu kondisi suatu negara dalam rentang periode tertentu. Seorang muda dengan semangat menggebunya (yang konon memang ciri khas seorang pemuda/i) selalu mempunyai hasrat dan idealisme tertentu ketika melihat suatu keadaan yang menurut idealismenya salah. Belum hilang dari ingatan ketika di tahun 1998 di mana rezim Presiden Soeharto runtuh oleh himpunan kekuatan kakak-kakak kita mahasiswa angkatan 1998. Terbukti bahwa pemuda/i mempunyai kekuatan untuk mengubah tatanan sejarah. Dampak positif dari semangat menggebu seorang pemuda juga bisa kita lihat pada perjalanan hidup Steve Jobs dan Bill Gates yang mampu menyumbangkan hasil jerih payahnya untuk kemajuan dunia lewat perusahaan mereka yaitu Apple Inc. dan Microsoft di usia yang masih relatif muda. Bahkan Alkitab mencatatkan nama Yosua (Joshua), seorang pemuda yang ditunjuk sebagai penerus Musa untuk memimpin bangsa Israel di tanah Kanaan. Bahkan Alkitab juga mencatatkan nama Samuel yang dalam usianya yang masih sangat muda dipakai Tuhan untuk menjadi pelayan di bawah pengawasan Imam Eli dan dipanggil Tuhan menjadi nabi yang pertama.
Hebat bukan pengaruh seorang muda? Yang dijabarkan di atas adalah pengaruh positif dari seorang muda. Untuk setiap pengaruh positif tentu ada pengaruh negatif/buruk. Untuk pengaruh buruk kita tidak perlu jauh-jauh mencari. Tentu kita semua tahu mengenai kasus M. Nazaruddin. Dia sudah memulai karier sebagai politisi di usia muda yang sayangnya juga diikuti dengan karier sebagai koruptor. Usia 33 tahun tentu tidak bisa dibilang tua karena merujuk pada pepatah, “Life Begins at 40”, maka secara umum usia 17 tahun sampai 39 tahun masih layak disebut pemuda/i. Banyak juga contoh kasus pengaruh buruk dari orang-orang muda seperti penyalahgunaan Narkoba dan free-sex. Untuk kita mahasiswa yang tinggal di sekitar Bandung tentu familiar dengan geng teror motor yang tentu isinya pemuda-pemuda. Contoh-contoh ini adalah sebuah perimbangan bahwa “The Power of Youth” tidak hanya selalu positif tapi juga bisa negatif.
Seperti sekeping koin logam yang punya dua sisi, seperti itu pula pengaruh pemuda/i. Ada sisi positif dan ada pula sisi negatifnya. Satu lagi kekurangan dari seorang muda yaitu ingin serba cepat sehingga apapun yang dilakukannya terkesan terburu-buru dan tanpa pertimbangan yang matang. Ini dibuktikan dengan ucapan seorang Sir Alex Ferguson yang pernah berkata, “Pemain-pemain muda ini sangat mempunyai hasrat yang menggebu namun seringkali ceroboh sehingga di situlah pemain-pemain senior berperan untuk mematangkan mereka.” Seperti kata Sir Alex tadi, kita, pemuda/i tetap butuh bimbingan senior atau orang yang lebih tua untuk memberi kita pandangan mereka dan masukan-masukan sebagai bahan pertimbangan karena tidak bisa dipungkiri pengalaman mereka itu sangat berharga. Experience is the best teacher kalau merujuk pada pepatah. Maka, kita sebagai seorang pemuda/i harus dengan sadar dan penuh kemauan untuk diajar. Diajar oleh yang lebih senior dan bahkan diajar oleh firman Tuhan melalui persekutuan atau oleh orang-orang yang diberi kuasa oleh Tuhan untuk mengajar. Seberapa hebat seseorang tetap dia harus sadar bahwa dia tidak lebih hebat dari sang Pencipta. Bahkan dengan rahmat dan hikmat Tuhan, kita bisa lebih berprestasi dan bisa lebih bijak. Ingat apa yang diminta Raja Salomo kepada Tuhan? Raja Salomo meminta kebijaksanaan sebagai seorang Raja Israel. Sayangnya di masa tuanya kebijaksanaan Salomo tidak digunakan dengan baik. Contoh bahwa kita tetap butuh Tuhan.
Pada akhirnya kita mempunyai pilihan masing-masing untuk menjadi seorang pemuda/i yang punya pengaruh positif atau juga negatif. Jadilah seorang pemuda/i yang mau diajar oleh siapapun dan tentu saja Tuhan. Siapapun orang itu, meskipun dia adalah orang gagal dalam hidup, kita tetap bisa mangambil pelajaran hidup dari orang tersebut. Belajarlah satu sama lain. Semoga kekuatan pemuda/i Indonesia dapat membawa negeri ini ke arah yang lebih baik terutama pemuda-pemudi Kristen.
Wikanto Arungbudoyo
Mahasiswa Administrasi Negara Fisip Unpad
0 comments:
Post a Comment